wine
Penghasil wine tidak hanya monopoli Prancis, Australia kini konon menajdi produsen wine terbesar di dunia saat ini. Bahkan, setiap bulan berbagai merek baru hadir ke pasaran. Bagaimana cara menikmati Australian wine?
Minuman anggur atau wine selama ini dikenal dari Prancis. Paling tidak, di negeri Menara Eiffel itulah yang mempunyai tradisi pembuatan wine yang lama, meski secara tradisional sudah dimulai di Romawi sejak 6000 sebelum Masehi.
Padahal di luar Prancis banyak negara pendatang yang juga menghasilkan wine, yang kadang kualitasnya tidak kalah baiknya. Sebut saja Australia, Afrika Selatan, Amerika Latin bahkan Aljajair. Australia adalah salah satunya, bahkan konon volumenya saat ini terbesar di dunia. Produksi wine Australia saat ini mencapai 806 juta liter per tahun.
Di beberapa dataran tinggi yang berudara dingin di Australia tidak terhitung lagi jumlah vineyard (perkebunan anggur) dan winery (industri wine) saat ini. Mulai dari wilayah Queensland, Victoria, hingga Australian Capital Territory (ACT Canberra). Data terakhir mencatat 1.197 winery yang ada di Australia.
Seperti pada umumnya wine terbagi menjadi tiga jenis, merah, putih dan rose. Ada juga sparkling wine yang masih termasuk varian wine atau yang di Perancis dikenal sebagai Champagne, sesuai dengan nama daerah penghasilnya, yang mengalami proses fermentasi dua kali. Rasaanya lebih ringan, biasa dipakai untuk pesta, termasuk di arena F1, yang bunyinya "pop" kalau botolnya dibuka.
Dari tiga jenis di atas wine masih terbagi lagi, berdasarkan tahun panen, jenis varietas, bahkan mereknya yang mencapai ribuan. Prancis sering mengklaim diri sebagai penghasil wine terbaik di dunia. Hal itu didasarkan pada tanah dan iklim yang spesifik di negara itu. Bahkan yang disebut terroir, yang merupakan gabungan antara struktur dan kandungan tanah tempat tumbuhnya pohon anggur, serta cuaca yang mempengaruhi wilayah tersebut sangat unik, yang tidak bisa didapat di negara lain.
Mitos ataukah fakta memang masih terjadi perdebatan. Tapi yang jelas, wine dari berbagai jenis varietas anggur apa saja tidak melulu adanya di Perancis saja. Di Australia, misalnya, kita dengan mudaah mendapatkan berbagai jenis wine, mulai dari Chardonnay, Semillon, Shiraz, Riesling, Pinot Noir, Cabernet, Sauvignon, hingga Merlot.
Pada industri tradisional, proses pembuatan wine masih dilakukan secara manual dan tradisional. Resep pembuatannya pun diwariskan secara turun temurun. Kini, ketika industtri wine sudah modern, peranan teknologi sangat penting, tapi tetap saja peranan Cellar Master (ahli awine) sangat menentukan bagi taster minuman yang diproduksi. Menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara jenis anggur, proses fermentasi, pencampuran, penyimpanan, hingga pengemasannya. "Seni membuat wine adalah menyatukan antara art dan science," kata Stuart Gregor, pengarang buku 'Don't Buy Wine Without Me, terbitan Australia tahun 2002.
Wine, bagi orang Australia sama dengan orang Eropa, agaknya sudah menjadi minuman sehari-hari. Paling tidak setiap makan malam tersedia segelas wine di meja, belum termasuk jika ada pesta yang pasti tersedia lebih banyak wine. Harganya pun relatif murah jika dibandingkan dengan harga makanan, meski tidak jarang untuk merek wine tertentu yang usianya tua dijual super mahal. Charles Heidsieck 1970 Royal, misalnya harganya mencapai 800 dolar Australia (1 dolar sekitar Rp 5.500).
Data menunjukkan konsumsi wine orang Australia mencapai 389 juta liter per tahun. Tidak semuanya bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, karena data perdagangan menunjukkan impor wine ke Australia mencapai 20 juta liter senilai 114 juta dolar Australia per tahun. Kendati demikian, negara ini juga mengekspor wine ke negara lain dengan volume yang tidak kecil, sekitar 288 juta liter atau setara 1.352 juta dolar Australia.
Para penggemar wine biasanya membentuk society tersendiri. Bahkan ada klub-klub yang mempunyai jadwaal tertentu menikmati wine. Termasuk secara berkala ke beberapa winery membuat acara wine testing, salah satu klub yang terkenal adalah Cool Climate Wine Club (situsnya enquires@coolclimatewine.com).
Dari pergaulan itulah anggota mendapat pengetahuan lebih banyak tentang wine. Misalnya, bagaimana menikmati wine yang benar, serta membedakannya antara yang satu dengan yang lain.
Para pemula biasanya tidak bisa mengenali antara Sauvignon Blanc dengan Chardonnay. Meski sama-sama putih, masing-masing mempunyai aroma yang unik. Yang pertama lebih light dan fresh, dengan aroma buah tropis. Sementara Chardonnay meski ke freshly baked breaad. Memang agak subjektif, dan para sommelier (pemulia wine) mempunyai opini yang berbeda untuk setiap jenis untuk masing-masing merek wine.
Di Australia setiap minggu ada saja merek baru yang muncul di pasaran. Mirip dengan di Perancis, ada lembaga-lembaga tertentu yang memberi penilaian terhadap sejumlah merek wine yang ada di pasaran. Belum termasuk beberapa publikasi, diantaranya Winnestate, yang menjadi panduan untuk penggemar wine di Australia dan New Zealand.
No comments:
Post a Comment